Rabu, 30 Maret 2011

“IMUNISAI DPT”

Oleh
ANINDITA RAUF
Prodi : D3 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
SURABAYA



Kata Pengantar


Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T karena hanya dengan rahmat dan izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Imunisasi DPT ”.
Makalah ini membahas tentang, definisi, manfaat, cara pemberian dan efek samping imunisasi DPT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini.



SURABAYA…..November 2010
Penulis


ANINDITA RAUF













DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan
Bab II pembahasan
a. Pengertian imunisasi DPT
b. Manfaat imunisasi DPT dasar
c. Jenis-Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi DPT
d. Jadwal Pemberian Imunisasi
e. Efek Samping Imunisasi DPT
Bab III penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar pustaka















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Banyak masyarakat yang menganggap bahwa pemberian imunisasi pada anak-anak dapat menyebabkan penyakit terhadap anak-anak. Sehingga, banyak orang tua yang tidak membawa anak keposyandu saat pemberian imunisasi yang merupakan program dari pemerintah yang sebenarnya untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit seperti, difteri, pertusis dan tetanus.
Bidan seharusnya berperan penting untuk mengubah pola fikir masyarakat tersebut. Dan menjelaskan bahwa banyak manfaat-manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi.
Anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dankemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi. Tapi jika penyakit ringan seperti batuk-pilek biasa, tidak apa-apa. Kecuali batuk-pilek dengan demam tinggi, tidak boleh diberiakn imunisasi serta jika terjadi diare-diare sedikit, juga tidak apa-apa.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalh ini adalah :
1) memenuhi tugas mata kuliah asuhan neonates bayi dan balita.
2) Agar mahasiswi , khususnya mahasiswi kebidanan lebih memahami tentang imunisasi DPT.







Bab II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunisasi DPT
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti untuk mencegah penyakit.
Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin difteria terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan.
Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Vaksin Pertusis terbuat dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan.
Selanjutnya ketiga vaksin ini dikemas bersama yang dikenal dengan vaksin DPT. (Prof. DR.A.H. Markum, 2000 : 18)
Jadi, Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.

B. Manfaat Imunisasi DPT Dasar
Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus .


Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.
Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan.

C.Jenis-Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi DPT

1.Difteri
Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bacteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae. Sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seoerang anak akan terjangkit difteria bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier) : yaitu dengan terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata menderita difteri dapat dengan mudah dipisahkan. Tetapi seorang karier akan tetap berkeliaran dan bermain dengan temannya karena memang ia sendiri tidak sakit.
Jadi, ditinjau dari segi penularannya, anak karier ini merupakan sumber penularan penyakit yang sulit diberantas. Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan temannya yang belum pernah mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier.
Anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi. Selain pada tonsil (amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas. Kegawatan lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini dapat menyerang otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf.
Kematian akibat difteri sangat tinggi biasanya disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung akibat racun difteria yang merusak otot jantung.

2. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun.
Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada malam hari
Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan, akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu komplikasi.

3.Tetanus
Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat luka tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun inilah yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi dasar timbulnya gejala penyakit.
Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka.

D. Jadwal Pemberian Imunisasi
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur :
• 2 bulan (DPT I)
• 3 bulan (DPT II)
• 4 bulan (DPT III)
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum memiliki kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar antibody setelah mendapatkan imunisasi 3 kali. Dimulai sejak bayi berumur dua bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Jiga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000)
DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal.


E. Efek Samping Imunisasi DPT
Kira-kira pada separuh penerima DPT akan terjadi kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi. Proporsi yang sama juga akan menderita demam ringan. Anak juga sering gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan.
Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat seperti demam tinggi atau kejang yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut

B. Saran
sebaiknya bagi kita seorang bidan harus mensosialisasikan kepada masyarakat terutama bagi ibu-ibu yan kurang pemahamannya tentang imunisasi. Agar anak-anak mereka tetap dibawa ke posyandu atau bidan agar menapatkan imunisasi. Dan imunisasi bukanlah penyebab anak-anak menjadi sakit.















Daftar Pustaka

http://arindrila.blogspot.com/2009/01/manfaat-imunisasi-dpt.html
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-penyuluhan-di-puskesmas.html
http://vitharea.blog.friendster.com/2008/12/imunisasi/
http://www.info-sehat.com/inside_level2.asp?artid=429&secid=&intid=3

Minggu, 27 Maret 2011

Gizi iBu HamiL

GIZI IBU HAMIL

MANFAAT GIZI BUMIL :
a. Menjaga kesehatan ibu
b. Penambahan jaringan tubuh/lemak ibu
c. Memenuhi kebutuhan gizi janin
d. Cadangan untuk menyusui

Keadaan Kurang Gizi Ibu Hamil Berpengaruh Pada :
1. Keadaan ibu selama kehamilan
Ø  Anemia
Ø  Perdarahan
Ø  Penambahan berat badan yang abnormal
Ø  Infeksi
2. Persalinan
Ø  Sulit dan lama
Ø  Lahir sebelum waktu
Ø  Perdarahan setelah persalinan
Ø  Persalinan dengan operasi meningkat
3. Janin
Ø  Keguguran
Ø  Bayi lahir mati
Ø  Cacat bawaan
Ø  Anemia pada bayi
Ø  Asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan/IUFD) BBLR

Syarat makan sehat bagi ibu hamil :
Ø  Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh  dan pertumbuhan bayi
v  Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin, mineral)
v  Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi
v  Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.

Manfaat penambahan energi dan zat gizi untuk Ibu Hamil:
1. Energi :
Ø  penambahan kebutuhan harian karena adanya peningkatan BMR
2. Protein :
Ø  untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, mammae,
   volume darah, Hb, dan protein plasma
Ø  Cadangan untuk partus/persalinan
3. Calsium dan Fosfor :
Ø  untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin
Ø  untuk memenuhi kebutuhan ibu karena terjadi peningkatan metabolisme calsium pada ibu
4. Zat besi (Fe) :
Ø  untuk meningkatkan kadar Hb
Ø  untuk pertumbuhan janin/cadangan Fe pada janin
Ø  untuk cadangan saat persalinan dan menyusui
5. Magnesium :
Ø  untuk membuat fungsi otot optimal
Ø  membantu pertumbuhan janin

6. Yodium :
Ø  memenuhi peningkatan produksi tiroksin karena adanya peningkatan BMR
Ø  kekurangan yodium yang berat dan kronis bayi akan lahir dengan cacat mental permanen dan hambatan pertumbuhan (kretinisme), bentuk tubuh abnormal, kemampauan belajar kurang/idiot.
7. Zn (seng) :
Ø  membantu pertumbuhan otak supaya optimal
8. Vitamin A :
Ø   membantu pertumbuhan tulang dan gigi
Ø   menghindari cacat bawaan
Ø   membantu pertumbuhan sel
9. Vitaman D :
Ø   membranous peningkatan absorpsi Fe
Ø   membantu pertumbuhan janin
10. Vitamin B12 :
Ø   membantu metabolisme protein
Ø   membantu pembentukan sel darah merah
11. Asam folat :
Ø   pembentukan sel darah merah dan putih

TIPS MENGENAI POLA MAKAN BAGI IBU HAMIL:
Ø  Konsumsilah makanan dengan jumlah lebih banyak dari piramida makanan bagian bawah. Kemudian tambahkan dengan sayuran dan protein, buah, produk susu, dan terakhir makanan berlemak. Dengan konsep paramida, makin ke bawah, makin besar kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya.
Ø  Menu yang bervariasi pada makanan sangat penting
Ø  Bawalah selalu air putih .Minum cukup 8 gelas air sehari.  Minuman seperti soda, kopi tidak boleh dihitung sebagai perhitungan 8 gelas air.
Ø  Makanlah dalam jumlah sedikit jika anda memiliki masalah mual atau muntah atau pengurangan ruang di perut ketika hamil.
Ø  Hindari diet ataupun pantangan pada makanan tanpa berdiskusi dengan praktisi kesehatan anda.
Ø  untuk mengganti asupan makanan anda selama kehamilan. Suplemen dan vitamin dimaksudkan untuk membantu mencukupi kebutuhan yang diperlukan ibu hamil.

Tabel contoh menu makanan dalam sehari bagi Ibu Hamil :
Bahan makanan
Porsi hidangan sehari
Jenis hidangan
Nasi
5 + 1 porsi
Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/ daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang
Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi
Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang
Selingan: susu 1 gelas
Sayuran
3 mangkuk
Buah
4 potong
Tempe
3 potong
Daging
3 potong
Susu
2 gelas
Minyak
5 sendok teh
Gula
2 sendok makan

Daftar pustaka
http://myhobbyblogs.com/food/2008/10/19/kebutuhan-zar-gizi-ibu-hamil/


BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG
Masa puerperium atau masa nifas mulai adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti saat pra hamil, lamanya 6 hingga 8 minggu. Seperti halnya selama kehamilan, dimana tubuh mengalami perubahan-perubahan untuk menyesuaikan kondisi untuk mempertahankan buah kehamilannya, maka segera setelah seorang perempuan melahirkan atau mengeluarkan janin yang berada dalam rahimnya, secara berangsur-angsur tubuh perempuan tersebut mengalami perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi barunya. Walaupun masa nifas berakhir setelah 6 hingga 8 minggu kemudian, namun seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan fisik dan psikologis. Setelah seorang perempuan melahirkan atau mengeluarkan janin yang berada dalam rahimnya, segera setelah itu secara berangsur-angsur tubuh perempuan tersebut mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi barunya. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik maupun psikologis.

I.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan III (Nifas)
  2. Mempelajari tentang perubahan – perubahan yang terjadi pada masa nifas
  3. Sebagai bahan pelajaran untuk mahasiswa stikes, khususnya prodi d3 kebidanan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian masa nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Masa  Nifasdibagi dalam 3 periode yaitu :
  1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
  2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.
  3. Remote puerperium, waktui yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyaikomplikasi.

2.2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Sistem reproduksi

2. 2. 1. Perubahan Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil
Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gr.
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr .Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.
Pada uterus terjadi proses involusi, proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Uterus menyerupai buah advokat gepeng berukuran panjang ±15cm, lebar ±12 cm, dan tabal ±10 cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi placenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan berat nya kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapati kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampi 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa di palpasi pada abdomen pada hari ke 9 pascapartum.
Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta yang kira – kira berukuran sebesar telapak tangan, dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.
Uterus saat hamil beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu postpartum berat uterus akan menjadi ±500 gram, 2 minggu postpartum menjadi 300 gram dan setelah 6 minggu postpartum berat uterus menjadi 40-60 gram, sedangkan berat uterus normal saat tidak hamil ±30 gram. Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan yang bersifat proteolisis.
Peningkatan kada estrogen dan ptogerteron bertanggung jawab untuk pertumbuhna massif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi pembesaran sel-sel yang telah ada. Pada masa pescapartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan tarjadinya autolysis, perusakan secara langsung jaringan hiprtrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil


2. 2.2. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanent. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kruangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosan vagina. Kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat kotus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomy atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan atau pengobatan dini hematoma dan higine yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari introitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau di tempatkan pada posisi lototomi. Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan baru berlangsung dalam dua sampai tiga minggu.

2. 2.3.Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

























BAB III
PENUTUP
3.1.  KESIMPULAN
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Setelah seorang perempuan melahirkan atau mengeluarkan janin yang berada dalam rahimnya, segera setelah itu secara berangsur-angsur tubuh perempuan tersebut mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi barunya. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik maupun psikologis.
Secara fisik, perubahan tersebut antara lain, pada uterus terjadi proses involusi, proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.Otot-otot uterus berkontraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah placenta dilahirkan.
Setelah post partum bentuk servik mengangga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korfus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
Pada masa awal nifas, biasanya keluar yang namanya lochea. Lokhia adalah cairan secret yang berasal dari peluruhan jaringan desidua cavum uteri dalam jumlah bervariasi. Kemudian pada endometrium terjadi proses regenerasi yang berlangsung cepat, kecuali pada tempat melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Pada bagian diafragma pelvis serta fasia yang meregang diwaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sedia kala.
Untuk genetalia externa, estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

3.2.  SARAN
1.      Kepada para bidan agar dapat memprhatikan ibu –ibu nifas
2.      Kepada ibu – ibu nifas selama masa nifas agar tetap dapat melakukan personal hygine.






















Daftar Pustaka

http://tutorialkuliah.wordpress.com/2009/01/03/masa-nifas-puerperium/